Behind the Scene "Novel Anak Luki, Jangan Ceroboh Lagi"







Halo, assalamualaikum....
Ketemu lagi dengan Mamak Dhifa. Hari ini saya pengin berbagi cerita tentang proses kreatif penulisan novel anak Luki, Jangan Ceroboh Lagi. Novel anak ini diterbitkan oleh Penerbit Indiva Media Kreasi dan diilustrasi oleh Agus Willy Cristy.

Jadiiii... ini novel anak ke dua setelah KKDJ Misteri Museum Wayang. Tak menyangka bisa menulis novel anak lagi. Waktu itu, Uni Dian Onasis membuka Kelas Permen gratis. Bagi yang lolos seleksi, akan dibimbing menulis novel anak sampai selesai. Saya pun penasaran dan ikut ngirim sinopsis. Wah, ternyata sinopsis saya lolos untuk dikembagkan. Seneng, dong, bakalan dibimbing penulis senior.

Sinopsis yang saya ajukan bercerita tentang anak yang selalu kena sial atau tidak beruntung. Ide itu muncul begitu saja saat ingat diri saya yang dulunya pernah menjadi anak ceroboh. Tapi, kalau saya cerobohnya lebih karena grasa-grusu. Jadi, langsung terpikir membuat novel anak dengan tokoh yang selalu kena sial dan dibumbui adegan-adegan lucu.
Apalagi pas setor tugas pertama/ bab 1, Uni Dian setuju dan lebih enak dibuat ada adegan-adegan lucu. Seperti pas Luki salah menaruh garam, keliru mengantar pesanan, hingga adegan dengan Binta dan Afiqa.


Tokoh-Tokohnya

Jadi waktu kelas permen, ada materi tentang memulai menulis novel dengan karakter-karakter. Pengembangan karakter begitu.  Peserta diminta membuat ciri-ciri fisik hingga kebiasaan masing-masing tokoh.

Lalu, saya mulai mikir nama tokoh yang kiranya cocok. Ketemulah "Luckita Dewi" yang artinya keberuntungan tapi malah kena sial terus. Katanya nama Luki terlalu berat (ide ini terinspirasi dari cerita adik saya waktu masih kecil, namanya dipangkas). Dari nama Luki bisa nemu banyak konflik dengan teman-temannya seperti Binta yang meminta ganti nama sampai teman-temannya yang menjauhi Luki karena takut ketularan sial.

Mikir lagi, tokoh pendamping tapi punya peran banyak. Biar buat lawan si Luki. Ketemulah Binta yang tomboi, ceplas-ceplos, tapi baik hati dan percaya hal-hal ajaib sebab punya kakek agak nyentrik.

tokoh Luki dan Binta

Kalau cuma dua tokoh yang sering gesekan, waah bisa bahaya, nih. Jadi terbayanglah tokoh lainnya yang selalu jadi penengah bagi Luki dan Binta. Tokoh ini pintar, kalem, cantik dan alim (di bayangan saya). Jadilah tokoh Fiqa. Nama lengkapnya Afiqa yang artinya cerdas.

Ketiga tokoh itu, menjadi sahabat baik dan banyak cerita-cerita seru di antara mereka. Cerita-cerita seru ala anak-anak dengan konflik ringan sehari-hari. Jadi, novel ini memang novel anak dengan konflik sehari-hari. Bukan yang berat-berat,ya. Tapi nggak kalah seru, kok. Ada lucu, sedih, kesal, tapi banyak pelajaran yang bisa diambil. Cocok lah buat teman bacaan anak-anak. *Tsaaah malah promo, ya.😂😂

InsyaAllah novel ini aman lah, ya, untuk dibaca anak-anak karena saya membuatnya sepenuh tjintaaah agar bisa bermanfaat buat anak-anak Indonesia. Nah, jadi yang belum punya novel anak ini bisa pesan di toko onlennya Indiva di sini. Tinggal klik saja ya.

Sebelum close, mau ucapin terima kasih dulu untuk Mbak Muridatun, editor yang sabaaar banget, Penerbit Indiva dan tim yang sudah meminang naskah ini, mudah-mudahan kelak ada naskah saya yang jodoh lagi di sini, Uni Dian yang sudah membimbing nulis novel anak, saya jadi tahu premis, penguatan karakter dll.

Sekian celoteh Mamak Dhifa hari ini. Terima kasih sudah mampir. Jangan lupa beli buku Mamak Dhifa, yaaa. Semoga kalian sehat selalu.

Salam hangat,

Mamak Dhifa
BNA 18/06/2020

4 komentar

  1. Keren banget. Saya jadi penasaran sama novelnya nih. Ini dulu ikut lomba Indiva kah mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliii... hihi. Enggak mbak, ini tuh kirim reguler. yang lomba mental. hahaha.

      Hapus
  2. pantesan waktu ikut ig live-nya mbak dian onasis nama mbak disebut beliau trus lho.hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah iyakah, Mbak... kapan Uni Dian live IGnya.. kayaknya aku ketinggalan.

      Hapus

Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Salam hangat.