Menang Lomba? Bisa!



WARNING:
Ini bukan TIPS tembus lomba, ya. Hanya sekedar BERBAGI PENGALAMAN dari sudut pandang saya pribadi. Karena setiap orang punya proses kreatif dan perjalanan menulis yang berbeda. Jika toh, tidak sama, ambil sisi positifnya saja. Okey, temans?


"Apa tipsnya biar lolos lomba kementerian?"

"Apa rahasianya biar menang lomba?"

"Seperti apa selera juri lomba?"


Itu salah dua pertanyaan yang pernah mampir di WA atau kotak pesan FB saya. Errr... ng... bingung saya kalau dikasih pertanyaan begitu. Hehehe. Masalahnya saya juga baru satu-dua kali menang lomba. Mungkin pas rezeki saja. Pas giliran saya menang. Biasanya saya jawab begitu. Ya, karena memang saya pun tidak tahu, hahaha. Berkali-kali gagal juga di lomba kementerian.

Jadi, saya mulai ikut lomba yang diadakan kementerian itu tahun 2015. Itu kali pertama saya ikut ajang bergengsi (ciaaah). Waktu itu lombanya Sayembara Penulisan Cerita Rakyat, yang diadakan oleh Kemdikbud. Naskah saya judulnya Putri Jelita, Rambut Gimbal dan Kawah Melompat (postingannya bisa dibaca di sini.Waktu itu naskah saya diganjar sebagai Karya Terpilih atau pemenang hiburan dari tiga ribuan naskah (kalau tidak salah).
Wah, meski juara hiburan tetap senang dong. Pengalaman pertama kali pula, dapat piagam juga yang ditanda tangani Pak Mentri Anies baswedan kala itu. Jadi makin semangat ikut lomba-lomba tingkat nasional.

Nah, 2016 dan 2017 saya juga ikut lomba cerita rakyat untuk PAUD, sayangnya GAGAL. Kegagalan masih berlanjut di tahun 2018. Saya tidak lolos di GLN 2018 dan lomba buku bacaan SD. Sedih? Bangeeet.... berasa semangatnya disedot gitu.

Saya bertekad tahun depan bisa lolos di lomba kementerian lagi. Saya coba ingat-ingat di mana sih kekurangan saya.

Apa mungkin karena saya kurang persiapan? Iya, saya selalu kirim mepet DL, bahkan malam DL saya masih berjibaku dengan naskah.
Apa naskah saya jelek? Bisa jadi, dibaca-baca ulang banyak typo, kurang fokus dan kurang unik. Mungkin efek persiapan mepet.
Dan yang pasti belum rezeki saya. Roda saya masih di bawah.

Lalu, saat 2019 ada lomba dari kementerian lagi, GLN tepatnya, saya coba perisapkan lebih awal dan lebih matang. Tadinya saya tim deadliners. Tapi, sepertinya saya harus ubah kebiasaan itu. Tidak ada alasan belum ada ide kalau belum DL. Saya coba baca-baca buku pemenang tahun lalu, dan ide pun ketemu. Begitu juga sewaktu lomba Kanal PAUD, saya kirim awal. Lebih cepat lebih baik, karena kita punya waktu lebih banyak untuk mempersiapkannya. Alhamdulillah usaha saya membuahkan hasil. Saya lolos GLN 2019 dengan 3 naskah dan mendapat juara 2 lomba Kanal PAUD (ceritanya di sini).

Dari pengalaman seuprit itu, saya jadi menyimpulkan sendiri. Apa yang mesti kita lakukan saat ikut lomba-lomba nasional tersebut?

1. Persiapkan sejak awal
    Kalau sudah ada pengumuman lomba, mulailah gerak cepat. Cari ide. Jangan nunggu DL. Tetapi, kalau belum mepet-mepet DL, biasanya ide mentok, belum ada, buntu dsb, bagaimana? Pancing!
Caranya?
- Bisa dengan baca karya-karya pemenang tahun-tahun sebelumnya. Kalau bisa tulis saja, tema-tema  yang sudah ada dan belum ada.
- Pelajari tema yang diminta dan hubungkan dengan keseharian, misalnya.

Dulu, saya juga begitu, mepet DL baru dapat ide. Memang ada penulis-penulis yang kirim mepet DL tapi lolos. Sayangnya, hal seperti itu kayaknya nggak berlaku pada saya. Jadi, saya coba ubah kebiasaan nyari ide jelang DL, diganti awal saja. Dan sepertinya memang ada beda. Persiapan kita lebih matang karena waktu masing panjang. Kirimnya agak santai.  Satu lagi, lebih tenang dan ayem kalau sudah kirim naskah lomba sejak awal. Dan masih bisa nyari-nyari ide lain untuk di kirim karena DL masih lama. Awalnya berat, saya ngerasain itu. Tapi saya bertekad pasti bisa, dan ya bisa.

2. Cari ide yang beda dan unik
    Coba cari ide yang beda. Tahunya dari mana? Baca-baca pemenang tahun lalu. Kita akan tahu tema apa yang sudah banyak. Jangan lupa sisipkan pendidikan karakter dalam ceritanya.

3. Kerja sama dengan ilustrator
    Biasanya kalau lomba kementerian mensyaratkan ilustrasi dari kita. Nah, kalau kita nggak bisa gambar, gandeng ilustrator. Sesuaikan dengan dana yang kita miliki. Jangan maksa gambar sendiri. Ini sih saya waktu 2018, karena nggak punya modal jadi nekat gambar sendiri. Hehehe. Kecuali kalau memang bisa gambar sendiri itu bagus malah. Ada satu keuntungan kalau kita kerja sama dengan ilustrator. Kita bisa fokus ke naskah dan bagian gambar bisa dipegang sama ahlinya. Kalau sudah mulai lomba, biasanya full booked, ya. Nah kita harus pintar-pintar nyari ilustrator yang nggak begitu antri. Karena khawatirnya, kalau banyak yang antri, imbas ke pengiriman naskah.

4. Yakin
    Kalau ini sih, dari saya pribadi. Yakin bahwa kita bisa lolos itu penting. Biar apa? Bukan kepedean ya. Tapi, biar kita nggak lupa untuk memanjatkan doa yang terbaik untuk naskah kita setiap saat. Tentunya sudah dibarengi usaha maksimal, ya. Jangan garap naskah asal-asalan, kirim mepet DL, ngarep lolos. Kata ngapaknya "tangelamon."  Teman-teman yang berjuang maksimal jelas banyak, kan?
Tetapi ya bukan tidak mungkin sih. Kalau sudah rezeki tidak ke mana.

5. Siapkan Plan B
    Sekarang kalau ikut lomba, saya siap plan B. Iya, siapkan pil pahit dulu. Nggak mungkin cuma nyiapin madu saja. Bukan perkara pesimis dan optimis. Tetapi lebih ke persiapan kalau toh pil pahit yang saya dapat. Biasanya saya siapkan plan B. Kalau naskah ini tidak lolos, mau di kemanakan, di apain, kirim ke penerbit atau bagaimana?
Jadi, kalau toh ternyata pil pahit yang saya dapat, punya rencana lain dan dikit-dikit ngobatin kecewa.

Nah, mekaten kanca-kanca.... berbagi pengalaman ala saya. Saya tekankan ini sifatnya subyektif, ya. Jadi nggak bisa digepuk rata. Ini juga bukan tips LOLOS. Hanya kesimpulan pribadii. Eh... siapa tahu cocok dan bisa dilakukan. Kalau enggak anggap sebagai saling berbagi cerita saja.

Saya nulis post ini bukan karena gumedhe habis menang lomba. Nggak! Wong menang aja baru satu dua kok. Ini hanya cerita saja. Bagi saya, mengikuti lomba itu seperti menaiki roda. Kadang di bawah, kadang di atas. Mungkin tahun ini saya sedang di atas karena lolos beberapa kali lomba. Tetapi, saya tidak tahu, tahun depan masih di atas atau di bawah seperti 2 atau 3 tahun yang lalu.
Percayalah, kalau kali ini belum menang, mungkin tahun berikutnya giliran saya. Tanamkan seperti itu agar kita selalu semangat mengikuti lomba. Karena menurut saya, semua da giliran dan ada waktunya. Setidaknya kalau ikut lomba kita sudah berjuang. Perkara kalah atau menang itu kuasa Tuhan. Kita hanya berusaha. Daripada, ada lomba tapi malah tidak ikut. Kalahnya dua kali nanti. Hehehe.

Akhir kata, terima kasih sudah berkenan membaca postingan saya. Jika ada pertanyaan, sila tinggalkan di kolom komentar atau bisa japri saya. Terima kasih dan ssstt.... buku-buku saya masih ready, lho.

Salam hangat

Mamak Dhifa

BNA, 14/06/2020

8 komentar

  1. Mantap, Mba. Saya banyak belajar dari pengalaman penulis lain. Saya belum pernah ikut lomba seperti ini. Mungkin next jika ikutan boleh sharing dengan Mba, ya ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Silakan, mbak. Next harus nyoba ya hehehe biar sekalian uji kemampuan.

      Hapus
  2. Nyimak. Pengalaman yang luar biasa.

    BalasHapus
  3. makasih mbak ilmunya. benar-benar tercerahkan.Alhamdulillah, semoga saya bisa juga mbak.aamiin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Sama-sama, Mbak. Semoga bermanfaat ya.

      Hapus
  4. Assalammualaikum, Mbak :D Salam kenal!
    Tidak sengaja mampir ke sini sewaktu mencari-cari informasi tentang Sayembara GLN 2021. Infor nya bermanfaat dan bikin jadi tambah semangat!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumsalam, alhamdulillah semoga sukses.

      Hapus

Terima kasih sudah meninggalkan komentar. Salam hangat.